Kamis, 14 April 2011

Kisruh Nurdin Halid

PSSI DIAMBANG KISRUH, NURDIN HALID BILANG :”EMANG GUA PIKIRIN…”

 

Memasuki tahun 2011, PSSI yang mestinya sudah punya modal untuk dapat memiliki tim nas yang tangguh, punya dukungan masyarakat yang begitu tinggi fanatisme dan rasa kebanggaannya kepada tim nas, ternyata peluang ini tidak dijadikan momentum untuk membenahi pola pikir dan manajemen PSSI sendiri.
Lihatlah apa yang dilakukan PSSI dengan akan digulirkannya Liga Primer Indonesia, bukannya PSSI mendukung kompetisi yang akan menambah semarak kompetisi sepak bola di Indonesia, malah PSSI merasa tersaingi, PSSI  sibuk menebar ancaman kepada pemain yang ikut dalam kompetisi Liga Primer, mereka yang ikut bermain dalam Kompetisi Liga Primer tidak akan dipakai dalam tim nas.   Begitu juga kepada wasit yang ikut memimpin pertandingan LPI akan dilaporkan statusnya kepada FIFA.   Saking merasa tersaingi PSSI sampai bersedia menyiapkan pengacara untuk membela pemain yang ada di klub LPI jika tidak ingin bermain disana dan siap mencarikan klub baru untuk pemain itu.
Sungguh kerdil pola pikir PSSI (baca pengurus PSSI) dengan tindakannya, bukannya PSSI senang dan berterima kasih karena ada insan sepak bola yang mau memajukan sepak bola Indonesia yang nota bene memang yang melaksanakan adalah diluar struktur PSSI, eh… malah PSSI merasa tertandingi.   Seharusnya PSSI bersikap bijak, artinya biarkan dan dukung kompetisi LPI, jadikan juga LPI sebagai ajang untuk mencari bibit-bibit pemain, bukan malah mengancam bahwa pemain yang ikut dalam LPI tidak akan dipanggil untuk tim nas, kalau begitu dimana rasa nasionalisme para pengurus, seandainya pemain tim nas yang kemarin bertanding di Piala AFF seluruhnya ikut LPI,beranikan PSSI menebar ancaman kepada seluruh pemain itu ? tentunya PSSI akan berpikir ulang.
Jangan-jangan besok-besok saking kerdilnya pola pikir pengurus PSSI akan keluar larangan bahwa pemain Indonesia yang bermain di club luar negeri tidak akan dipanggil untuk tim nas sebaik apapun dia, jangan-jangan PSSI akan bilang bahwa pemain seperti ini tidak nasionalis.
Kalau PSSI bijak, biarkan LPI bergulir, dukung LPI.    Liga Super Indonesia terus jalankan, berjalan beriringan biarkan masyarakat yang akan menilai kompetisi mana yang terbaik, akan mendjadi pertanyaan dan harus menjadi pertanyaan bagi PSSI dan kita semua, kenapa PSSI merasa tersaingi, apakah ada unsur bisnis dalam masalah ini ? apakah PSSI merasa takut bahwa LPI akan berjalan dan lebih banyak didukung oleh masyarakat dibanding dengan LSI ?
Menjadi pertanyaan bagi kita, apa yang telah diberikan pengurus PSSI sekarang selama 7 tahun mengelola PSSI, tak ada satupun trophy yang bisa dibawa PSSI ? Seorang NH dalam dialog dengan sebuah media layar kaca sehari setelah tim nas kalah, masih dengan bangganya mengatakan bahwa pengurus bisa membangkitkan rasa kebangsaan dan rasa nasionalisme yang tinggi buat bangsa Indonesia.   Menurut dia baru kali ini penonton Indonesia memberikan semangat yang begitu luar biasa kepada tim nas, baru kali ini penonton begitu membludak datang ke GBK……ha..ha…. Saya teringat bahwa dimasa  70 an  GBK selalu tumpah ruah oleh penonton jika tim nas bertanding, saya ingat benar tak pernah ada penonton yang harus mati karena kelelahan antri karcis, semua teratur.   Pada waktu pertandingan pra olympiade tim nas melawan Korea Utara, waktu itu PSSI dilatih oleh Cover dari Belanda, penonton di istora lebih dari 100 ribu orang dan Indonesia kalah dalam adu penalti, penonton menerima semua itu dengan sportif, pulang dengan tertib dan tidak ada kerusuhan, jadi rasa nasionalisme itu sudah ada dalam hati setiap bangsa Indonesia, bukan karena PSSI sejak di pimpin oleh NH sekarang ini.
Menarik apa yang dikatakan oleh NH, ketika ditanyakan soal teriakan-teriakan massa yang meminta NH mundur, atau tuntutan dari begitu banyak daerah yang meminta ia mundur, dengan enteng NH menjawab :”Saya ngak peduli….”
Pengamat politik yang juga hobby sepak bola Effendi Gazali ketika diminta tanggapannya soal permintaan mundur untuk para pemimpin di Indonesia, EG bilan g, yach paling-paling jawaban klasik mereka adalah “mundur itu ada aturannya, ada etikanya, ada aturannya tida bisa ujug-ujug mundur”, begitulah dan benar jawaban yang sama diberikan oleh NH pada saat ditanyakan soal permintaan mundur dirinya sebagai ketum PSSI.   NH merasa bahwa permintaan mundur dari banyak pihak karena ada yang memprovokasi.
Kalau para pemain sudah berjiwa besar,  sangat disayangkan pengurus PSSI tidak punya jiwa dan semagat yang sama dengan para pemain.   Pengurus masih main intimidasi dan ancaman layak preman.
Bravo tim nas, terus berprestasi, rakyat Indonesia ada dibelakang kalian, jangan pernah takut dengan ancaman dan intimidasi, mari kita bersikap profesional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar